Jika ditanya apa salah satu genre buku fiksi favorit, aku akan lantang menjawab fantasi dan misteri. Jujur, setelah aku pikir kembali kedua genre tersebut banyak mengisi rak buku di rumah. Aku pribadi tak dapat menepis jika buku misteri klasik memiliki kesan tersendiri setiap aku baca.
Banyak sekali novel dengan genre misteri yang melibatkan detektif yang terkenal. Walaupun waktu sudah lama berlalu percaya tidak sih, novel misteri klasik karya penulis kondang hingga saat ini masih digemari banyak orang. Salah satunya adalah tulisan karya Agatha Christie.
Aku rasa paling tidak banyak orang yang pernah mendengar nama Agatha Christie. Karya novel misteri, kriminal, detektifnya sudah terkenal bahkan diadaptasi menjadi film.
Jujur saja aku sudah kerap mendengar namanya tapi belum sama sekali membaca karyanya. Lantas karena penasaran, pencarianku di iPusnas berujung menemukan beberapa novel klasik kriminalnya yang bisa dipinjam di sana. Untuk novel yang menarik atensiku pertama kali adalah Pembunuhan di Balik Kabut atau yang dikenal dengan Why Didn't They Ask Evans?
Informasi Buku Pembunuhan di Balik Kabut
![]() |
Pembunuhan di Balik Kabut (Why Didn't They Ask Evans?) terbitan Gramedia Pustaka Utama. |
Novel karya Agatha Christie ini terbit pada tahun 1934. Jika dalam versi bahasa asing mugkin Pembunuhan di Balik Kabut dikenal dengan judul Why Didn't They Ask Evans?
Terjemah bahasa Indonesia diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Serial yang aku baca ini merupakan cetakan ke-8 yang terbit pada tahun 2018. Jumlah halaman di novel ini ada 328.
Novel ini bisa diakses dengan dibeli di toko buku atau dibaca secara digital. Versi digital terjemah bahasa Indonesia bisa dipinjam di iPusnas.
Perjalananku Baca Pembunuhan di Balik Kabut
Kala pertama membaca buku ini, bayangkan novel klasik yang memiliki karakter khas langsung menyapa. Aku beberapa kali membaca novel klasik jadinya kesan khas pada gaya penyusunan novel klasik masih kuingat walaupun agak samar.
Penggambaran tiap paragraf di novel ini khas. Agak panjang tapi tetap tak meninggalkan kesan puitis dalam penjabaran tiap adegan yang dinarasikan.
Keping misteri dibangun perlahan-lahan. Setiap bab menggambarkan diikuti dengan pertanyaan ini dan itu yang muncul secara lamban. Temponya memang agak lamban tapi semakin jauh membaca maka ketegangan cerita ini akan semakin naik.
Karakter utama di sini yaitu Bobby dan Frankie dijabarkan dengan menarik. Aku suka penggambaran narasi dan pola pikir dari dua karakter yang berusaha mengulik misteri pembunuhan seorang pria di jurang. Dua karakter digambarkan erat dengan keadaan zaman ketika tulisan ini ditulis.
Pada tahun 1930-an latar daerah Eropa yang kental dengan peristiwa perang yang berkecambuk disinggung sedikit. Selain itu, penggambaran strata masyarakat yang masih kental dengan bangsawan digambarkan pula sebagai latar pembeda antara Bobby dan Frankie.
Dialog yang digunakan Agatha Christie pada setiap karakter terasa khas. Tiap kalimat untuk berinteraksi antartokoh ditekan secara psiokologi untuk mencoba memecahkan misteri yang sudah dibangun sejak awal. Peran Frankie sebagai gadis bangsawan bebas dengan rasa penasaran tinggi dan gairah dalam memecahkan kasus yang melibatkan temannya Bobby digambarkan apik dalam dialognya dengan tokoh lain.
Pada pertengahan cerita poin mengenai judul ini mulai dibahas. Misteri yang acak mulai disusun dengan rapi jawabannya hingga ditemukan dalang dari semua peristiwa ini. Bayaran atas tindakan para penjahat juga dijelaskan di akhir dengan sebuah ending yang bagiku mengejutkan dan tidak terduga untuk banyak tokoh yang terlibat di sini.
Kesan Habis Baca Pembunuhan di Balik Kabut
Pertanyaan yang mengusik pembaca dibahas secara perlahan. Jadi, aku sangat menikmatinya dan otak kecilku bisa mengikutinya dengan baik. Selama membaca novel ini, pikiranku juga ikut menduga banyak hal dan berpikir layaknya detektif yang terseret tak langsung pada kasus ini.
Aku suka penggambaran karakter yang bisa dengan gampang aku bayangkan. Hal yang paling aku suka adalah interaksi dinamika antara Bobby dan Frankie dalam usaha mereka mengulik misteri orang yang mati di tengah kabut. Mereka kadang terlihat seperti tahu batasan sebagai bangsawan dengan rakyat biasa tapi masih bisa akrab mengingat kedua karakter adalah sahabat masa kecil digambarkan dengan menarik.
Hal yang cukup membuatku kadang membaca berulang kali adalah beberapa dialog tokoh yang jadi poin utama untuk memecahkan kasus ini. Mungkin karena poin untuk mencari pelakunya dapat diketahui dari informasi obrolan antartokoh.
Rasanya ketika saling bertanya dan melempar pertanyaan antartokoh itu tensinya langsung intens. Mirip seperti interograsi tapi lebih tidak formal saja. Kadang selama membaca adegan yang seperti itu aku jadi berpikir apa kerjaan detektif memang seperti ini?
Hingga akhir cerita aku dibuat terbuai dengan novel ini. Alasan pelaku merancangan semua tindakan kriminalnya dijabarkan di akhir sehingga tidak ada tanda tanya yang mengusik di akhir novel. Mungkin yang paling berkesan bagiku adalah karakter antagonis yang menyebalkan sebab picik, cerdik, dan tengil membuatku gemas.
Mengenai ending bisa dibilang ada beberapa hal yang mengejutkan tapi bukan bagian akhir dari kasus yang terjadi. Justru akhir dari tiap tokoh baik antagonis dan tokoh utama membuatku tak menduga akan dibawa ke arah seperti ini.
Apa Ada Bab Favorit?
Bab favorit di novel kriminal ini? Tentunya ada dong! Aku rasa yang paling berkesan adalah bab 28, Selama aku membaca bab ini rasanya emosi naik dan turun seperti menaiki roller coaster.
Belum lagi adegan aksi dan konfrontasi yang tak terduga banyak terjadi di bagian ini. Ada beberapa bagian yang membautku menjerit dan berkata "Oh! You saved the day!" ketika bebeapa karakter muncul secara tak terduga.
Penjelasan bagaimana karakter bisa seperti ini dan itu juga dijabarkan di bab ini. Rasanya logis dan bisa dipahami tapi tak menganggu cerita yang tengah intens di puncak-puncaknya keseruan.
Apa Ada Kalimat Yang Berkesan?
Sayang di novel yang aku baca kali ini tidak ada kalimat yang berkesan. Mungkin karena fokus narasi untuk menggambarkan adegan dan dialog yang dipenuh unsur psikologis, aku tak dapat terlalu mengingat kalimat yang berkesan di benakku.
Meskipun begitu, aku tetap menikmati cerita yang penuh tensi menegangkan ini. Misteri dan teka-teki yang pelaku dan motif pembunuhan patut diacungi jempol karena memang brilian dan seru.
![]() |
Komentarku habis baca Pembunuhan di Balik Kabut (Why Didn't They Ask Evans?) di iPusnas. |
Mungkin itu yang bisa aku ulas dari novel kriminal klasik Pembunuhan di Balik Kabut atau Why Didn't They Ask Evans? Aku rasa serial novel lain dari Agatha Christie jelas masuk ke dalam daftar novel yang ingin aku baca kelak.
Semoga jurnal perjalananku membaca novel klasik ini bisa menghibur. Jika berminat membaca bukunya silakan baca di iPusnas atau platform legal lainnya. Bila ada yang punya rekomendasi novel kriminal klasik Agatha Christie mana lagi yang harus aku baca bisa tinggalkan rekomendasi kalian di komentar.
coretan oleh restyu pada 040223.
Posting Komentar